Sabtu, November 13, 2010

Uwais al-Qarni:Terkenal di Langit Tetapi Tidak Terkenal di Bumi


" Uwais Al-Qarni ": Terkenal Di Langit Tetapi Tidak Terkenal di Bumi

Bismillahirrahmanirrahim.
Adakah anda mengenali UWAIS AL-QARNI??
jom baca artikel dibawah.. baca sampai abes yer.
Sama2 mengutip segala mutiara yg ada. BarakallahufiQ

Pada zaman Nabi Muhammad SAW,
ada seorang pemuda..bermata biru, rambutnya merah,
pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,
 kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel
di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan
kanannya menumpang pada tangan kirinya,
ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya
hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup
 badan dan yang satunya untuk selendangan,
 tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal
oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.


Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul.
Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah
dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil
agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at,
ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at
sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor,
semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.
 Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang
dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan,
 mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk,
 tukang mencuri serta berbagai macam
umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, kerana ingin
 duduk dengannya, memberinya hadiah dua
helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,
 karena hadiah pakaian tadi diterima
 lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :
“Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku,
dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau
tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim,
tak punya sanak saudara kecuali hanya ibunya yang
telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur
yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari,
 Uwais bekerja sebagai penggembala kambing.
Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar
menampung kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan,
 ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang
hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan
merawat ibunya yang lumpuh dan buta,
tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya,
 ia tetap melakukan puasa di siang hari
dan bermunajat di malam harinya.


Custom Glitter Text


Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada
masa negeri Yaman mendengar seruan
 Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk
 pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa,
 yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya s
angat menarik hati Uwais, sehingga setelah
seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya,
kerana selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.
Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke
Madinah untuk mendengarkan ajaran
Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui
rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat
 tetangganya yang baru datang dari Madinah.
Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah
penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya
kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan
yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih,
tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup
untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan
adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW
 mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu
 oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais.
 Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah.
Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya
kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan
yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan
diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat
menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau
 dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang
sangat membutuhkan perawatannya dan tak
 tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah
siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
 Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya,
mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar
 diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah.
 Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika
mendengar permohonan anaknya.
Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata :
 “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya.
 Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat
dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan
ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya
agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.



Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu,
berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak
 kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
 Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,
bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang
dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari,
serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi
bertemu dan dapat memandang
 sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW
yang selama ini dirindukannya.
Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah.
Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW,
 diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam.
 Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah .a., sambil menjawab salam Uwais.
Segera saja Uwais menanyakan
Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW
 tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.
Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi
yang dirindukannya tak berada di rumah.
 Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu
 kedatangan Nabi SAW dari medan perang.
 Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di
telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.
Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu
 dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan t
erpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah .a.
 untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan
salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang
dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung
menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa
 Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya.
 Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit).
Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah .a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah .a.,
 memang benar ada yang mencari Nabi SAW
dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak
 dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa
dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah,
 ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w.
dan sayyidina Umar .a. dan bersabda : “Suatu ketika,
apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya,
 dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian
Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan
sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq telah
di estafetkan Khalifah Umar al-Khattab. Suatu ketika,
khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW.
tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit.
 Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w.
untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap
ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua
 selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni,
 apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah
itu ada yang merasa hairan, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua.
 Rombongan kafilah dari Yaman menuju
Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama
 rombongan kafilah menuju kota Madinah.
 Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar .a. dan sayyidina Ali k.w.
 mendatangi mereka dan menanyakan apakah
Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu
 mengatakan bahwa ia ada bersama mereka
dan sedang menjaga unta-unta mereka
di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu,
beliau berdua bergegas pergi menemui
Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat
Uwais berada, Khalifah Umar .a. dan
 sayyidina Ali k.w. memberi salam.
Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan solat.
Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab
 salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman.
Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar

segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan
kebenaran tanda putih yang berada ditelapak
 tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan
oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit.
 Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu
tersebut, siapakah nama saudara ?
“Abdullah”, jawab Uwais.


Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun
 tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah.
Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”
 Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.
 Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah
bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia.
 Itulah sebabnya, ia baru dapat turut
bersama rombongan kafilah dagang
saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar
dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan
dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah
 yang harus meminta do’a kepada kalian”.
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:
“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan
 istighfar dari anda”. Karena desakan kedua
sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat
 kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar .a. berjanji untuk
menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
 kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menolak dengan halus
 dengan berkata : “Hamba mohon supaya
hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".


Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali
tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada
seorang lelaki pernah bertemu dan
ditolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang
berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka
angin topan berhembus dengan kencang.
Akibatnya hempasan ombak menghantam
kapal kami sehingga air laut masuk ke
dalam kapal dan menyebabkan kapal
semakin berat. Pada saat itu, kami melihat
seorang laki-laki yang mengenakan selimut
 berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan
 melakukan solat di atas air. Betapa terkejutnya
 kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,”
Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.
Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah
memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”
Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata:
“Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat
bahawa kapal dihembus angin dan dihantam
 ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian
pada Allah ! ”katanya. “Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca
 bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar
 dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat
 itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa
lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke
dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak
 apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian
 semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu,
siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami. “Uwais al-Qorni”.
Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami
berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang
ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir
 di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”
 “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
 kalian akan membagi-bagikannya kepada
orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.
“Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan
 solat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a.
Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
 tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan
air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan
 perjalanan. Setibanya di Madinah, kami
membagi-bagikan seluruh harta kepada
orang-orang fakir di Madinah, tidak s
atupun yang tertinggal.


Beberapa waktu kemudian, tersiar
 kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang
 ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan
 dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang
berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa
 ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah
 ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak
menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan,
 luar biasa banyaknya orang yang berebutan
untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah
 menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi
 jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya,
lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya,
akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya.
 (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang
yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni
pada masa pemerintahan sayyidina Umar)

Allah Akbar.. banyak sungguh tokoh islam yg

belum kita terokai..
peribadi mereka smua sangat hebat dan

masih adakah lagi mujahid seperti itu
dizaman kini??? satu persoalan yg makin dilupakan..
TEPUK DADA, TANYALAH IMAN KITA..

0 komen: